Siska selalu mengekori Bella. Kemana pun
Bella pergi, "aduh ini
anak maunya apa coba, kan gue mau ketemu sama si Bina" ucap Bella dalam hati, seneng
sih ada yang nemenin lo ke mana aja lo pergi, tapi kan ga enak diintilin tiap saat"
"Hmmm, Sis, lo mau ke mana? Gua kayanya
mau liat buku di bagian statistik deh," mereka sedang berada di perpustakaan.
"Aku ikut kamu aja deh Bel, sekalian
mau cari buku referensi statdas dari Pak Hanung,"
"Oh, oke. Tapi kayanya gue mau ketemu
temen SMA gue dulu di bagian buku ips. Lo mau duluan aja? Gapapa nanti gue nyusul,"
semoga aja si Siska mau duluan, harap Bella, gaenak kalo ngomong ada yang liatin,
apa lagi dia dan Bina udah lama ga ketemu, pasti jadi hebos sendiri nanti.
"Aku ikut kamu aja deh, Bel. Ga enak
sendirian."
Ah sial. Ini orang maunya apa coba, kan ga
enak ketemu sama temen lama diintilin orang. Tapi yaudah deh, kasian juga kalo ninggalin
dia sendirian, pikir Bella. "Yaudah ayuk kalo lo mau ikut gapapa, tapi sori
ya kalo nanti gua berisik banget dan heboh sendiri sama temen gue, hehe"
"Okeee, selow aja Bel." Siska terlihat
senang, itu yang ditangkap dari penglihatan Bella. Aneh, padahal kan cuma dibolehin
nemenin Bella.
Bella dan Siska turun ke lantai 3, tempat
koleksi buku IPS memang ada di lantai 3 sedangkan mereka sebelumnya ada di lantai
4, tempat koleksi buku IPA.
Bella memcara-cari temannya, dari satu bilik
rak buku ke bilik laiinya sampai dia merasa melihat punggung yang familiar, "Binaaaa,"
Bella berteriak saat melihat punggung temannya. Orang-orang di perpustakaan melirik
ke arahnya. Bella hanya senyum malu-malu dipandangi oleh orang-orang di perpuatakaan
sambik berjalan ke arah orang yang dia kira Bina.
"Bin?" Bella menyentuh bahu orang
itu. Orang itu menengok. "Tuh kan bener si Binaa. Masih inget kan gua sama
lo!" Bella berseru, lagi lagi dengan suara yang cukup keras.
"Sssst, malu-maluin gue aja lo Bel."
"Yaaaah,sorii. Lo tau gue gimana kan."
"Iya gue tau. Si mulut ember yang suaranya
kelewat gede." Bella hanya nyengir dibilang begitu oleh Bina. "Itu di
belakang temen lo Bel?" Bina berbisik, merasa ga enak kalo siuaranya di dengar
orang itu.
"Iya Bin, sori yq di ngikut. Dia yang
minta, tadinya gua juga ga mau. Tapi pas gua tawarin mau ikut apa engga dia jawab
mau, kalo dia udah bilang mau kan gue ga enak juga nolaknya."
"Ga enak mulu lo kaya makanan. Yaudah
lah mau gimana lagi, di pojokan sana aja yuk yang ga ada orangnya." Bina menunjuk suatu tempat.
"Ayok Sis ke sana, atau lo mau liat-liat buku aja?"
"Enggak ah aku ikut kamu aja."
"Yaudah yuk," Bina merapat ke Bella,
berjalan leih cepat meninggalkan Sisja beberapa meter di belakang. "Siapa sih
itu Bel? Masa kita mau ngobrol aja dia sampe ikut?" Bina bertanya sambil berbisik,
agak keki juga dia ada yang nguntit.
"Kan gue bilang itu temen gue. Temen
sekelas. Kasian dia sendirian. Gapapalah dia bukan orang yang ember kok."
"Yaudahlah. Btw kasian juga ya dia punya
temen yang ember kaya lo,"
"Nyebelin lo Bin," Bella mencubit
tangan Bina, "Sakit Bel!" Bina mengaduh sambil mengusap-usap bekas cubitan
Bella. "Bahagia gua kalo dia beneran jadi sahabat baik lo hahahaha,"
"Baguslah, kan biar gue jadi bener,"
"Tapi gua punya feeling sih Bel kalo
dia bakal jadi temen deket lo dikelas,"
"Hmmm, tau dari mana?"
"Cuma nebak." Bella berfikir, tapi
dia terlihat ga terlalu peduli.
"Yaudahlah kita ganti topik aja,"
Bina dan Bella asik mengobrol banyak hal
selana beberapa puluh menit, sedang Siska hanya duduk di samping Bella sambil memainkan
hpnya.
"Sis maaf banget ya lama, maklum gue
udah lama banget ga ketemu dia." Kata Bella setelah ia berpisah dengan Bina.
"Temen SMA ya?"
"Iya, sebenernya dia kakak kelas gue.
Tapi gue dama dia satu ekskul dan kita deket banget."
"Iya iya aku ngerti, yaudah yuk kita
ke atas lagi caru buku statistik."
"Ayo"
***
Setelah hari itu Bella dan Siska semakin
dekat. Lebih tepatnya Siska yang berusaha mendekati Bella. Kalau ada kelomok presentasi,
pasti Siska memilih sekelompok dengan Bella. Kalau ditanya alesannya, kata Siska dua udah klop banget sama Bella. Kemana-mana pun mereka selalu bersama, entah saat istirahat
ke kantin, atau pun jam kosong.
Dua semester pun berlalu, mereka masih tetap
bersama, bagaikan masinis dan keretanya. Mereka tak pernah mengikrarkan ke semua
orang bahwa mereka sahabat. Tapi mereka hanya menjalaninya begitu saja. Satu angkatan
tahu bahwa mereka itu satu, sehingga jika mencari Bella, tanya saja Siska. Atau
jika mencari Siska, tanya saja Bella.
Bella pernah bertanya, "Si, kenapa sih
kamu waktu di perpus itu nempel banget sama aku?" Sekarang Bella memiliki nama
panggilan khusus ke Siska, yaitu Sisi. Jika berbicara ke Sisi pun dia menggunakan
aku-kamu, bukan lo-gue seperti dulu.
"Aku cuma merasa, kamu itu kayanya orang
yang tepat buat aku Bel."
"Tepat buat apa? Dalam konteks apa?"
"Tepat buat jadi sahabat aku selanjutnya.
Aku ga ngeliat itu di anak-anak yang lain, cuma di kamu aja."
"Tapi tau ga sih, waktu itu aku risih
banget kamu intilin. Temen aku yang waktu itu juga ga suka kamu ngikut-ngikut."
Siska hanya tersenyum, tersenyum menahan
tawa, "hahahahaha, aku tau kok Bel. Tau banget. Tapi aku lagi ada feeling ama
kamu, jadi ga mau pisah deh. Lagian males juga di perpus sendirian."
"Si, kamu ga lesbi kan? Jangan bikin
aku takut "
"Ih enggak lah. Aku normal tau!"
"Lagian bahasanya diperjelas napa, jangan
ambigu begitu."
Siska masih menahan tawa, "biarin, sekali-kali
bikin kamu salah paham. Hihi"
"Si, aku mau cerita deh."
"Bel, aku mau denger deh,"
"Ih Sisiiii!!!!"
"Iya iyaa, mau cerita apa?"
"Kayaknya, aku lagi suka sama orang
deh,"
"Yaiyalah masa sama setan,"
"Aduh ini orang satu, dari tadi aku
ngomong ditimpalin mulu, diem napa dah."
"Oke aku akan diam," kata siska
sambil memberika gesture oke di tangab kanannya."
"Aku kayanya suka sama seseorang, sebenernya
aku ga mau suka sama dia. Karena aku tau dia suka sama orang lain. Dan orang yang
dia suka itu kamu tau kok. Dia lucu Si... tapi kalo bisa milih sebenernya aku mau
suka sama orang yang suka sama aku aja. Tapi ga ada yang suka sukuan ama aku ya.
Huf. Atau aku aja yang ga tau? Bahagia juga sih suka sama dia. Aku entah kenapa
suka aja kalau lihat dia. Semoga aja, aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski
kau tak cinta, kepadaku." Bella berhenti berbicara, hening, ga ada jawaban
dari Sisi. "Sisi, kamu masih di sini?"
"Masih,"
"Aku udah berhenti cerita loh, kok kamu
ga nanggepin."
"Loh, tadi yang nyuru diem siapa?"
"Ga berarti aku udah selesai ngomong
ga kamu tanggepin Sisiiiii. Bete ah aku mau cabut aja!" Sisi mengambil tasnya,
siap-siap untuk pergi. Tapi Sisi menahannya.
"Yah ada yang ngambek, maaf deeh."
Kata Siska dengan muka melas setengah tertawa. Bella duduk kembali di kursi dengan
muka yang ditekuk. "Gini ya Bel, aku tau kamu suka sama siapa." Bella
masih diam, tidak mau memandang Sisi.
"RAHID"
"Sssst, berisiik Sisii. Jangan kenceng-kenceng
napa. Nanti kalo ada yang denger gimana!" Bella membekap mulut Siska. Siska
yang diomelin cuma cengengesan.
"Kenapa Sis manggil gue?" Ternyata
Rahid ada di dekat mereka dan ga sengaja mendengar Siska berteriak Rahid.
"Ah, emmm, itu Hid, mau tanya buat presentasi
Agama udah dibagiin belum ya kelompoknya? Kamu penanggung jawabnya kan ya?"
Bella panik Rahid dateng, sedangkan Siska hanya senyum-senyum sambil melirik ke
Bella.
"Oh agama, udah kok udah gua bagi-bagi
kelompoknya. Nanti gua kirim si grup ya."
"Oh, oke deh Hid. Makasih yaa. Maaf
jadi repot-repot nyamperin."
"Iya sama-sama. Gua duluan ya Sis, Bel."
Rahid pergi dan melambaikan tangan ke mereka.
"Iya hid, makasih yaa." Ucap Siska
dan Bella bersama-sama.
“Sisi nyebelin banget sih!”
bisik Bella dengan memasang tampang cemberut.
“ga
apa-apa sih Bel, dia juga ga akan engeh,”
“Tapi
si Rahid sukanya sama kamu, wajarlah aku rada-rada bete kalo dia ngeliat kamu.”
Jawab Bella dengan muka sedih.
“Masa?
Kok aku ga tau ya?”
“Sisi
aja yang ga peka, jelas-jelas dia kodein kamu terus.”
“Yah
tapi aku ga peduli Bel. Kamu kan tau aku sukanya sama siapa. Coba aja dia yang
kodein aku, kali aja aku peka.”
“yeee
si Arga. Eh tapi kamu seriusan ga suka kan ya sama Rahid?”
“iya
serius, Rahid buat kamu aja. Tapi ga usah lah Bel pacar-pacaran dulu. Kuliah aja
dulu yang bener.”
“Dasar
sok bijak, sendirinya juga ga akan nolak kalo ditembak Arga.”
“Hahahahaha,
emang. Tapi kalo dia emang ga ngasih kode apa-apa aku ga mau ngejar. Just Let It Flow.”
“Makasih
ya Si buat semuanya.”
“Buat
apa?”
“Buat
pernah jadi orang yang rese yang maksa untuk masuk ke hidup orang lain.”
“Tapi
sekarang kamu bahagia kan?”
“Banget,”
Bella berbicara sambil tersenyum ke Siska, Siska membalas senyumnya. “Semoga
ini ga cepat berakhir.”
Siska-Selesai
Day
3
#30DWC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar