“Jadi
kamu milih buat putus?” tanya Ranisa kepada Setya, pandangannya menerawang.
“Yaudah
kalau itu yang terbaik buat kamu.” Jawab Setya dengan cuek.
“Aku
gapapa kalau kamu masih mau lanjut sama aku. Aku Cuma ga mau di tengah jalan
kamu tiba-tiba ninggalin aku karena ada yang lain. Atau kamu emang berencana
nanti di kampus kamu mau cari cewek
lain?”
“kok
kamu jadi ngomongnya gitu? Aku Cuma mau yang terbaik buat kamu. Mungkin aku
emang bukan yang terbaik buat kamu,” kata Setya dengan nada tak suka.
Kalau aku maunya kamu gimana Set?
Kata Ranisa dalam hati.
Ranisa
dan Setya sudah berpacaran sejak mereka kelas 2 SMA, dan menjadi best couple
angakatannya. Dari guru sampai penjaga sekolah, adik kelas sampai kakak kelas,
semua tahu Ranisa dan Setya. Mungkin karena Setya orang yang supel sehingga
banyak yang mengenal dirinya. Sehingga ketika dia berpacaran banyak yang
mengetahuinya. Mereka dijuluki “Ratna dan Galih”, pasangan legenderis tahun
1900an, dan sekarang mungkin cerita Ranisa dan Setya juga tidak akan bahagia,
seperti Ratna dan Galih.
“Tapi,
Set. Kamu ga mau coba dulu? Kita kan juga belum coba ldr.”
“Tadi
kamu kan yang kasih aku pilihan. Mau kita lanjut dengan syarat aku ga suka sama
cewek lain, atau kita putus sekarang. Pilihan aku ya kita putus. Aku yakin kamu
bakal dapet yang lebih baik dari aku.” Setya tersenyum meyakinkan.
“jadi
kita udah selesai sampai di sini?”
“kenyataannya
begitu kan.”
“makasih
ya Setya dua puluh dua bulan udah nemenin aku di SMA ini.” Ranisa tersenyum meyakinkan, berusaha
menahan air matanya biar ga jatuh di depan Setya.
“Sama
sama Ran.” Setya membalas senyum Ranisa. “ada lagi ga yang mau kamu samapein?”
“oh
udah kok Cuma itu.”
“yaudah
kalau gitu aku aku duluan ya, Ran. Aku mau beli tiket kereta buat tanteku. Dia
nitip tadi. Takut kehabisan.” Pamit Setya.
“yaudah
gapapa, Set. Hati-hati yaa.” Ranisa melambaikan tangan ke arah Setya. Dia
bersyukur Setya cepat-cepat pergi, walaupun sebenernya dia masih mau bareng Setya.
“Iyaa,
sukses ya kuliahnya. Hati-hati kamu di jalan.” Indra membalas lambaian Ranisa.
Ranisa hanya tersenyum. Sekarang dia sendirian. Di sekolah tempat dia dan Setya
selalu bareng.
Dia
menuju kamar mandi. Sepertinya dia mau nangis. Untung ini hari sabtu dan senin
besok ada ujian kelas 1 dan 2, jadi kegiatan ekstrakulikuler diliburkan. Dia
memamng sengaja mengajak Setya ke sini untuk meminta kejelasan hubungan mereka.
Setya akhir-akhir ini cuek, dan Ranisa ga terbiasa dengan hal itu. Biasanya
Setya selalu perhatian sama dia, mungkin Setya sekarrang sedang sibuk dengan
kuliahnya sehingga tidak memperhatikan Ranisa. Tapi tetap saja, Ranisa udah ga
terbiasa.
Di
jalan ke kamar mandi dia bertemu sahabatnya, “Ema, kok kamu di sini?”
“aku
ambil barang yang ketinggalan di UKS. Lah kamu ngepain di sini, Ran?” Jawab ema
dengan bingung.
“Emaaaaa,”
Ranisa menghampiri Ema, memelik sahabatnya dan menangis. “Aku putus sama
Setya.” Jawab Ranisa sebelum ditanya.
“Tunggu-tunggu,
kok bisa???” Ema kaget, ga nyangka best couple bisa putus. Karena Setya dan
Ranisa berteman dekat dengan Ema. Ema memaksa Ranisa untuk melihat matanya. Dia
mau minta kejelasan pada Ranisa. “Ran, kok kamu bisa selesai? Kenapa kamu ga
pernah cerita sama aku?” tanya ema khawatir. “Yaudah yuk kita ke UKS dulu, biar
kamu tenang.”
“engga
mau aku maunya ke kamar mandi. Mau cuci muka dulu.” Ranisa cemberut, mencoba
bersikap manja dengan sahabatnya.
“Jelek
tuh bibirnya. Yaudah yuk.” Mereka berdua tersenyum
Sampai
di kamar mandi Ranisa mencuci mukanya. Berharap mukanya ga sembab dan makanya
ga bengkak.
“Sekarang
kamu punya utang cerita sama aku. Ayo cerita!” ema melipat kedua tangannya,
berpura-pura marah sama Ranisa yang selama ini Cuma diem-dieman.
“Jangan
di kamar mandi ah, sumpek. Yuk ke UKS aja. Kamu megang kunci kan?”
“Tadi
aku ajakin ke UKS maunya ke kamar mandi, udah di kamar mandi mintanya di UKS.”
Ema memutar bola matanya, capek ngeladenin sahabatnya yang satu ini. “ yaudah
buruan”
“Hehe
maapin buuu. Kan tadi mau cuci muka. Dari pada nanti ni mata jadi bengkak
duluan..’
“kan
di UKS ada westafel.”
“Oiya
aku lupa! Kok kamu ga ingetin aku si Ma? Wkwkwk.”
“dasar
nenek!” yang dikatain Cuma cengengesan aja. “ untung ada aku ya. Coba kalo ga
ada, bisa-bisa kamu malah ke roof top nanti.”
“Enak
aja! Sayang banget hidup aku selesai cuma karena Setya.”
“Ya
kali aja. Abis itu kamu gentayangin deh tuh si Setya udah putusin kamu.”
“Ogaaaah,
amit-amit jangan sampe.”
Mereka
sampai di dalem UKS. Ema, Setya, dan Ranisa adalah PMR saat mereka masih aktif
di sekolah. Sekarang mereka sudah diwisuda dan sudah diterima di universitas
yang berbeda. Tapi Ema dan Setya masuk ke Universitas yang sama dan satu
jurusan.
Ranisa
melepas sepatunya dan tiduran di tempat tidur UKS “Ma, kok kamu bisa pegang
kunci?”
“Ini
tadi aku ambil buku catetan. Pinjem kunci sama Joel, kan rumah dia deket sama
aku. Tapi aku udah janji abis ini langsung balikin.”
“hooo,”
“sekarang
kamu cerita lah kenapa bisa putus,”
“Hmmmm...”
Ranisa menceritakan semuanya ke Ema, dari sikap cuek Setya, sampai tadi Setya
memilih buat putus.
“lagian
kamu pake kasih pilihan segala, kalo ga juga kan kamu sama dia masih.”
“ga
tahan lah, Ma. Kaya pacaran sama orang asing.”
“ga
nyangka aja aku. Bulan kemarin wisuda kalian masih baik-baik aja.” Ema
menerawang. Mengingat saat wisuda kemarin mereka bertiga masih foto-foto
bareng. Malah abis itu mereka nonton.
“jangankan
sebulan. Satu detik aja sesuatu bisa berubah.” Jawab Ranisa dengan senyum
sedih.
“yah
seengaknya kamu sekarang kamu tau kalau dia udah ga ada rasa lagi ama kamu.”
“tapi
tetap aja. Hampir dua tahun aku sama dia, Ma.”
“Kuliah
nanti kamu ga sama dia kok. Jadi aku harap kamu bisa cepet-cepet lupa sama dia.
Fokus aja ama tugas kuliah kamu dulu.”
“Iya,
Ma. Nanti aku coba.” Ranisa mencoba untuk tersenyum, sakit memang. Tapi buat
apa berlarut-larut. Lagi pula dia sudah cerita ke Ema. “Nonton Yuk.”
“Ayok.
Yang ngajakin yang teraktir.”
“Tega.
Orang lagi patah hati malah dipalakin.” Ranisa berpura-pura sedih.
“Kamu
bayarin nonton aku bayarin makan.”
“Kalo kaya gitu mah, OK!”
Ranisa dan Setya -bersambung-
Day 19
#30DWC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar