Jumat, 30 Desember 2016

Ranisa dan Setya

“Jadi kamu milih buat putus?” tanya Ranisa kepada Setya, pandangannya menerawang.

“Yaudah kalau itu yang terbaik buat kamu.” Jawab Setya dengan cuek.

“Aku gapapa kalau kamu masih mau lanjut sama aku. Aku Cuma ga mau di tengah jalan kamu tiba-tiba ninggalin aku karena ada yang lain. Atau kamu emang berencana nanti di  kampus kamu mau cari cewek lain?”

“kok kamu jadi ngomongnya gitu? Aku Cuma mau yang terbaik buat kamu. Mungkin aku emang bukan yang terbaik buat kamu,” kata Setya dengan nada tak suka.

Kalau aku maunya kamu gimana Set? Kata Ranisa dalam hati.

Ranisa dan Setya sudah berpacaran sejak mereka kelas 2 SMA, dan menjadi best couple angakatannya. Dari guru sampai penjaga sekolah, adik kelas sampai kakak kelas, semua tahu Ranisa dan Setya. Mungkin karena Setya orang yang supel sehingga banyak yang mengenal dirinya. Sehingga ketika dia berpacaran banyak yang mengetahuinya. Mereka dijuluki “Ratna dan Galih”, pasangan legenderis tahun 1900an, dan sekarang mungkin cerita Ranisa dan Setya juga tidak akan bahagia, seperti Ratna dan Galih.

“Tapi, Set. Kamu ga mau coba dulu? Kita kan juga belum coba ldr.”

“Tadi kamu kan yang kasih aku pilihan. Mau kita lanjut dengan syarat aku ga suka sama cewek lain, atau kita putus sekarang. Pilihan aku ya kita putus. Aku yakin kamu bakal dapet yang lebih baik dari aku.” Setya tersenyum meyakinkan.

“jadi kita udah selesai sampai di sini?”

“kenyataannya begitu kan.”

“makasih ya Setya dua puluh dua bulan udah nemenin aku di SMA  ini.” Ranisa tersenyum meyakinkan, berusaha menahan air matanya biar ga jatuh di depan Setya.

“Sama sama Ran.” Setya membalas senyum Ranisa. “ada lagi ga yang mau kamu samapein?”

“oh udah kok Cuma itu.”

“yaudah kalau gitu aku aku duluan ya, Ran. Aku mau beli tiket kereta buat tanteku. Dia nitip tadi. Takut kehabisan.” Pamit Setya.

“yaudah gapapa, Set. Hati-hati yaa.” Ranisa melambaikan tangan ke arah Setya. Dia bersyukur Setya cepat-cepat pergi, walaupun sebenernya dia  masih mau bareng Setya.

“Iyaa, sukses ya kuliahnya. Hati-hati kamu di jalan.” Indra membalas lambaian Ranisa. Ranisa hanya tersenyum. Sekarang dia sendirian. Di sekolah tempat dia dan Setya selalu bareng.

Dia menuju kamar mandi. Sepertinya dia mau nangis. Untung ini hari sabtu dan senin besok ada ujian kelas 1 dan 2, jadi kegiatan ekstrakulikuler diliburkan. Dia memamng sengaja mengajak Setya ke sini untuk meminta kejelasan hubungan mereka. Setya akhir-akhir ini cuek, dan Ranisa ga terbiasa dengan hal itu. Biasanya Setya selalu perhatian sama dia, mungkin Setya sekarrang sedang sibuk dengan kuliahnya sehingga tidak memperhatikan Ranisa. Tapi tetap saja, Ranisa udah ga terbiasa.
Di jalan ke kamar mandi dia bertemu sahabatnya, “Ema, kok kamu di sini?”

“aku ambil barang yang ketinggalan di UKS. Lah kamu ngepain di sini, Ran?” Jawab ema dengan bingung.

“Emaaaaa,” Ranisa menghampiri Ema, memelik sahabatnya dan menangis. “Aku putus sama Setya.” Jawab Ranisa sebelum ditanya.

“Tunggu-tunggu, kok bisa???” Ema kaget, ga nyangka best couple bisa putus. Karena Setya dan Ranisa berteman dekat dengan Ema. Ema memaksa Ranisa untuk melihat matanya. Dia mau minta kejelasan pada Ranisa. “Ran, kok kamu bisa selesai? Kenapa kamu ga pernah cerita sama aku?” tanya ema khawatir. “Yaudah yuk kita ke UKS dulu, biar kamu tenang.”

“engga mau aku maunya ke kamar mandi. Mau cuci muka dulu.” Ranisa cemberut, mencoba bersikap manja dengan sahabatnya.

“Jelek tuh bibirnya. Yaudah yuk.” Mereka berdua tersenyum

Sampai di kamar mandi Ranisa mencuci mukanya. Berharap mukanya ga sembab dan makanya ga bengkak.

“Sekarang kamu punya utang cerita sama aku. Ayo cerita!” ema melipat kedua tangannya, berpura-pura marah sama Ranisa yang selama ini Cuma diem-dieman.

“Jangan di kamar mandi ah, sumpek. Yuk ke UKS aja. Kamu megang kunci kan?”

“Tadi aku ajakin ke UKS maunya ke kamar mandi, udah di kamar mandi mintanya di UKS.” Ema memutar bola matanya, capek ngeladenin sahabatnya yang satu ini. “ yaudah buruan”

“Hehe maapin buuu. Kan tadi mau cuci muka. Dari pada nanti ni mata jadi bengkak duluan..’

“kan di UKS ada westafel.”

“Oiya aku lupa! Kok kamu ga ingetin aku si Ma? Wkwkwk.”

“dasar nenek!” yang dikatain Cuma cengengesan aja. “ untung ada aku ya. Coba kalo ga ada, bisa-bisa kamu malah ke roof top nanti.”

“Enak aja! Sayang banget hidup aku selesai cuma karena Setya.”

“Ya kali aja. Abis itu kamu gentayangin deh tuh si Setya udah putusin kamu.”

“Ogaaaah, amit-amit jangan sampe.”

Mereka sampai di dalem UKS. Ema, Setya, dan Ranisa adalah PMR saat mereka masih aktif di sekolah. Sekarang mereka sudah diwisuda dan sudah diterima di universitas yang berbeda. Tapi Ema dan Setya masuk ke Universitas yang sama dan satu jurusan.

Ranisa melepas sepatunya dan tiduran di tempat tidur UKS “Ma, kok kamu bisa pegang kunci?”

“Ini tadi aku ambil buku catetan. Pinjem kunci sama Joel, kan rumah dia deket sama aku. Tapi aku udah janji abis ini langsung balikin.”

“hooo,”

“sekarang kamu cerita lah kenapa bisa putus,”

“Hmmmm...” Ranisa menceritakan semuanya ke Ema, dari sikap cuek Setya, sampai tadi Setya memilih buat putus.

“lagian kamu pake kasih pilihan segala, kalo ga juga kan kamu sama dia masih.”

“ga tahan lah, Ma. Kaya pacaran sama orang asing.”

“ga nyangka aja aku. Bulan kemarin wisuda kalian masih baik-baik aja.” Ema menerawang. Mengingat saat wisuda kemarin mereka bertiga masih foto-foto bareng. Malah abis itu mereka nonton.

“jangankan sebulan. Satu detik aja sesuatu bisa berubah.” Jawab Ranisa dengan senyum sedih.

“yah seengaknya kamu sekarang kamu tau kalau dia udah ga ada rasa lagi ama kamu.”

“tapi tetap aja. Hampir dua tahun aku sama dia, Ma.”

“Kuliah nanti kamu ga sama dia kok. Jadi aku harap kamu bisa cepet-cepet lupa sama dia. Fokus aja ama tugas kuliah kamu dulu.”

“Iya, Ma. Nanti aku coba.” Ranisa mencoba untuk tersenyum, sakit memang. Tapi buat apa berlarut-larut. Lagi pula dia sudah cerita ke Ema. “Nonton Yuk.”

“Ayok. Yang ngajakin yang teraktir.”

“Tega. Orang lagi patah hati malah dipalakin.” Ranisa berpura-pura sedih.

“Kamu bayarin nonton aku bayarin makan.”


“Kalo kaya gitu mah, OK!”



Ranisa dan Setya -bersambung-
Day 19
#30DWC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar