Kamis, 01 Desember 2016

Bukan Cinta Yang Sempurna

Cinta datang tanpa diundang. Sungguh, aku sebenernya ga mau jatuh cinta lagi. Tapi mau bagaiman. Dia datang dengan sendirinya. Mungkin karena terbiasa bersama. Aku tahu ga  ada perasaan apa-apa sama aku. aku tau dia hanya mengaanggapku sebagai teman biasa. Tapi mau bagaimana lagi kalau bibit-bibit cinta di hatiku sudah tumbuh? aku hanya bisa menahan perasaan ini dan bersikap biasa saja jika berada di dekatnya. Padahal rasanya, aku sangat-sangat ingin berteriak dan bilang di sini di deket kamu, ada orang yang suka kamu loh! Hey, dekat dengan seseorang yang kau sukai itu suatu kebahagiaan bukan?

Ini bermula saat semester lalu. Aku terlalu kagum padanya, dia pandai berbicara, pintar di kelas, mungkin itu yang membuatku jatuh hati. Saat aku menyadari bahwa perasaan ini rasanya akan bertambah bila aku semakin dekat dengannya. Aku berusaha membencinya. Bukan benci dalam konteks yang sebenarnya. Hanya agar bibit-bibit cinta ini hilang. Aku pun berdoa pada Tuhan agar di semester selanjutnya jangan membiarkan aku satu kelompok apapun dengan dia.

Kau tau apa yang terjadi satu semester kemudian? Ternyata Tuhan berkehendak lain. Dia membiarkan aku dan dia satu kelompok dalam sebuah perjalanan lapangan. Aku tidak tahu harus sedih atau senang saat itu, tapi yang pasti aku harus kerja keras agar aku tidak terlalu jatuh pada pesonanya.


Cinta memang gila. Mengubah hal buruk menjadi tak terlihat. Dia bukan orang yang sempurna. Dan memang tak ada yang sempurna di dunia ini. Dan salahnya, aku terlanjur mencintainya. Mungkin ini bukan salahku. Ini anugerah yang diberikan Tuhan, agar aku belajar menata hatiku. Menyiapkan segala sesuatu jika hal-hal yang tidak aku inginkan terjadi sehingga aku bisa mengatasinya. Tapi itulah cinta, aku buta dengan kelemahannya dia. Di saat teman-temanku mengejek dia dengan “ Gue menyesal pernah anggap lo orang baik.” Tapi yang aku pikirkan adalah “bukankah memang sebagian besar pria sepert itu?”

Aku tidak mungkin mengatakannya, aku tidak mau membelanya sendirian. Bisa-bisa aku ketahuan. Tapi mungkin ini yang  diajarkan Tuhan, dia membuatku belajar untuk berpikiran positif dan belajar untuk tidak menyesali apa yang telah kuucapkan.  Aku merasa semakin mengetahui apa tujuan Tuhan membuatku jatuh hati padanya.

Saat kami melaksanakan perjalanan sekelompok, mungkin aku yang terlalu baper. Tapi yaah, sikap dia lebih baik kepadaku dibandingkan teman-teman sekelompok yang lain (fyi, cowok dikelompok kami cuma dia, jadi sisanya selain dia itu cewek semua). Yah mungkin karena di situ aku yng lebih ekspressive dibanding yang lainnya.  Tapi sikapnya, bikin aku baper parah! Aku harusnya jangan terlalu berharap yak, jangan terlalu dibawa perasaan. Tapi ya mau bagaimana lagi. Namanya yang main hati. Dan itu terjadi secara tidak sadar. Seperti hati yang selalu berusaha untuk menetralisir racun di tubuh, tapi racun yang bernama cinta tidak akan pernah dinetralisir olehnya. Tau – tau aku melting aja sama sikapnya. Tapi ah, yasudahlah namanya juga orang jatuh cinta.


Dia seorang pecinta wanita. Suka membicarakan adik kelas cewek. Dan yang paling membuat hatiku berat, dia sangat dekat dengan salah satu teman sekelas kami. Sebut saja Miss S. Miss S memang cantik, tinggi, putih, pintar lagi. Ga kaya aku yang standar-standar aja. Tiap kali dia dekat dengan Miss S, rasanya sakit banget ya? Aku juga ga tau. Aku udah sering bilangin hati aku kalo dia tuh ga pantes buat cemburu. Hellooo, He’s totally not mine. Tapi kayanya hatiku ini ga bisa diajak kompromi. Jadi yaah, aku biarakan sajalah apa yang diinginkan oleh hatiku ini.

Cemburu itu ga enak ya. Tolonglah hati... dia bukan milikmu dan kamu ga pantes buat cemburu. Atau mungkin aku sebenernya ga cemburu? Aku hanya kecewa karena Miss S bisa sedekat itu  ke dia tapi aku tidak. Kecewa bagiku adalah ungkapan seseorang ketika susatu tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Dan harapanku untuk dekat dengan dia tidak pernah terkabul. Mungkin yang aku rasakan adalah ungkapan kekecewaan terhadap dia.


Kalian harus tau, di semester ini ada 2 perjalanan ke luar kampus. Dan perjalanan yang kedua ini aku sekelompok dengan DIA LAGI. Ya Tuhaan. Apa yang harus aku lakukan. Padahal saat Re-shuffle kelompok aku berharap aku ga sekelompok dengan dia lagi. Tapi sepertinya Tuhan berkehendak lain. Seberapa besar lagi hati yang harus aku siapkan untuk menahan perasaan ini. Lama-lama aku bisa terlalu jatuh. Aku lelah bermain hati..

Perjalanan itu sangat singkat. Aku dan dia menjabat sebagai peserta sekaligus panitia dan itu membuat kami sibuk sehingga hanya dipertemukan saat pengambilan data, diskusi kelompok, dan waktu makan (sepertinya itu sebagian besar waktu yang dilewatkan saat di sana ya?) aku berusaha bersikap biasa. Seperti biasanya memendam perasaan ini. Tidak boleh ada sikap lebih yang dia lihat. Jangan sampai aku ketahuan. Karena sepertinya perasaan ini sudah lebih besar daripada sbelumnya. Aku pasti bisa!


Aku mendapatkan data yang kuraang memuaskan, membuat aku agak mager mengolahnya. Aku meminta bantuan teman sekelompokku, dan dari beberapa orang di kelompokku, hanya dia yang respon mau membantuku. Kalau tahu gini lebih baik aku kerjain sendiri saja..

Saat kami sedang mengerjakan laporan, tiba – tiba Miss S datang, mengajak dia pergi sebentar untuk melakukan suatu hal. Entahlah, aku berusaha untuk tidak kepo. Kenapa ya mereka bisa dekat? Atau karena memang Miss S adalah orang yang perfect? Aku akui dia sangat-sangat perfect diantara semua cewek di kelas. Aku jadi berfikir, apa dia dan Miss S selalu chatting-an ya? Aku jadi kepo. Tapi ga boleh ah, kepo membunuhmu!

Tidak lama dia kembali, melanjutkan pembahasan kami. Dia bisa ga ya bersikap baik ke aku? Aku tau dia baik ke semua cewek, tapi kalau ada yang dispesialin kan rasanya beda.... Sudahlah, jangan banyak bermimpi. Bagaimana kamu mau dijadikan -spesial- bagi dia kalau kamu hanya diam saja? Pasti semua butuh pengorbanan, walaupun pengorbanan tidak harus dilakukan oleh semua orang.

Kami menyelesaikan laporan langit menjadi gelap. Dia menawarkanku untuk pulang bersamanya. Tentu saja kuterima! Ini kesempatan emas!  Kapan lagi coba dibonceng motor ama doi, hehe.

Sepertinya ini momen yang pas yah untu dia tahu isi hatiku. Tapi aku takut. Takut semuanya akan berbeda setelah dia tahu. Aku takut dia malah illfeel sama aku kalau dia tahu aku suka sama dia. Tapi aku juga ga bisa sepertinya terlalu lama sengsara seperti ini. Aku lelah bermain hati. Permainan hati itu sangat berbahaya dan paling menyakitkan. Mungkin aku memang harus mengatakannya.

Kuturun dari motornya. Kuucapkan terimakasih karena dia sudah membantu mengerjakan pembahasan bagianku. Bahkan sampai langit dipenuhi bintang dia mau membantuku menyelesaikannya. Aku juga mengucapkan terima kasih karena dia mengantarkanku sampai rumah. Sebeneranya hanya alasan, untuk mengulur waktu bersamanya. Aku mau terus sama dia.  Kalau bisa, aku ingin terus seperti ini, setiap hari.

“yaudah gih sana kamu pulang. Udah kemaleman” aku bilang ke dia, sengaja aku ingin menunggunya pulang, aku mau lihat punggung dia menghilang ditikungan.

“ga usah, lo masuk duluan aja baru gue pergi. Cewek ga baik malem-malem di luar sendirian” ah kan, nyebelin, bikin salting.

Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya, aku ga mau dia tau lebih kalo sebenernya aku seneng banget diperhatiin. Aku balik badanku menuju pagar rumah, aku diam sebentar, berpikir. “kok berhenti? Masuk aja gapapa sana,” sial, dia gatau apa aku lagi ngatur jantung aku yang rasanya dari tadi mau copot.

Aku balik badan lagi. Ku tatap mata dia. Dengan berani aku mengatakan “Raghib, aku suka sama kamu,”

Bukan Cinta yang Sempurna-selesai-

Day 1

#30DWC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar