Sabtu, 31 Desember 2016

Ranisa dan Setya

Setelah nonton 2 film dan makan malam, Ranisa dan Setya berputar-putar di daerah Kelapa Gading. Ranisa bilang dia bosan, lagipula dia sudah izin dengan ayahnya akan pulang telat karena pergi dengan Setya. Ayah dan bunda Ranisa sudah mengenal Setya, itulah mengapa mereka mengizinkannya.

“Set, kamu beneran ya mau putus sama aku?” Ranisa yang membuka obrolan. Tadinya mereka hanya saling diam. Ranisa sibuk memandangi jalanan.

“Kan kamu yang kasih aku pilihan maunya gimana. Aku ga mau nyakitin kamu. Kalau kamu udah bilang begitu berarti ada yang salah dari aku.” Jawab Setya sambil tetap fokus menyetir.

“Iya emang kasmu salah. Abis lulus-lulusan kamu cuek banget sama aku. Kamu kan sebelumnya ga pernah cuek.”

“itu perasaan kamu aja kali. Aku ga merasa aku cuek kok sama kamu, tetap kaya biasa aja.”

“kamu yang berbuat tapi kan aku yang ngerasain Set. Kamu ga bisa menyimpulkan atas dasar perasaan kamu sendiri. Apa yang kamu lakuin bisa berbeda artinya di depan orang lain.”

“Yaudah aku minta maaf kalo aku cuek sama kamu, kamu mau kan maafin aku?” Ranisa Cuma diam. Dia sebenarnya sudah memafkaan Setya, bahkan dari sebelum mereka putus. “Ranisaaaaa?”

“Aku udah maafiin kamu kok.” Ranisa masih menerawang ke arah jendela. Dia disini, tapi pikirannya kemana-mana. “Emangnya kamu ga mau kiat kaya dulu Set?” Rania sekarang menatap Setya. Walau pun yang ditatap tetep fokus ke arah depannya.

“Kaya dulu itu gimana? Ini buktinya kita ga berubah kan. Masih sama.”

“kamu ga mau jadian lagi sama aku? Nanti kalau misalnya aku ada yang nembak gimana?”

“aku ga mau bikin kamu terikat, aku mau kamu bebas. Kasihan kamu kalau dikekang terus sama aku.”

“Padahal kan aku ga masalah kalau emang mau terikat sama kamu, orang tuaku juga udah tau kamu kan.”

“Yah kalau ada yang nembak kamu dan kamu suka, kamu terima aja. Mungkin dia emang lebih baik dari aku. Aku Cuma mau kamu dapet yang terbaik Ranisa.” Setya mencubit pipi Ranisa denga gemas. Pipi Ranisa memang temabam, mukanya jadi sangat bulat dengan rambut yang panjang yang berponi. Itu membuat Ranisa sangat lucu bagi Setya.

“Ah siapa juga sih yang mau sama aku Set. Kita jadian aja kan aku yang suka duluan.” Ranisa cemberut, dia kekeh mau balikan. Tapi Setya ternyata ga peka, atau dia emang lagi mau bebas?

“Awas itu maju-maju bibirnya jatuh nanti.”

“Aku rasa kayanya kamu yang bakal jadian duluan deh, Set. Kamu kan supel ama cewek. Pas kelas satu aja sebelum sama aku, mantan kamu udah 3. Untung aku kuat yah,”

“Kamu kan tau mereka itu kayanya sama aku juga terpaksa,” Setya tersenyum pahit. Dia emang ga bisa dibilang ganteng. Dia juga gendut, tapi dia orangnya sangat supel.

“Hemm, tappi tetap aja kan kamu punya perasaan ke mereka. Pas kamu nembak aku juga ga seromantis kamu nembak Nadya lagi. Atau ga seheboh kamu sama Rizka.”

“Jadi ceritanya kamu cemburu? Kamu lupa pas aku nembak kamu di UKS semua anak-anak sampe menuhin ke UKS. Sampe liat-liat dari jendela lagi udah kaya lagi ada apaan. Itu heboh loh. Terus kamu nerima aku mereka semua pada teriak-teriak kaya jagoannya gol-in bola.”

“Aku berani taruhan kamu sama aku nanti kamu duluan yang dapet pasangan, Set!”

“Ga boleh taruhan.”

“Biarin. Ayo kalau kamu duluan yang jadian kamu harus teraktir aku Pizza dua loyang besar dan teraktir aku nonton 4x!”

“kenapa harus 4x?”

“soalnya aku pacar kamu yang keempat di SMA.”

“Terus kalau kamu duluan?”

“Aku pesenin kamu majalah kereta api setahun! Plus nonton 2x.”

“Oke deal!”

“Sip, ayo jabat tangan” ranisa mengulurkan tangannya, dan disambut uluran tangan balik dari Setya. Akhirnya mereka taruhan siapa yang jadian duluan nanti. “Ini mah udah pasti aku yang menang. Tinggal tunggu aja beberapa bulan lagi.”

“Kayanya kamu yang bakal menang. Mana ada sih yang ga suka sama cewek semanis kamu.” Setya mencubit pipi ranisa dengan keras.

“Aww, sakit tau Set. Jangan kenceng-kenceng napa.” Kata Ranisa sambil mengusap pipinya setelah dicubit oleh Setya.

“Biarin. Lagian kamu ngegemesin” sahut Setya. “Yaudah terus kita mau kemana lagi nih?”

“Puter lagi aja Set. Lewat tol lah biar enak pemandangannya. Udah malem juga kan jadi ga macet.”


“Siap Princess. Kita berangkat”


Ranisa dan Setya -bersambung-
Day 22
#30DWC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar