Sabtu, 31 Desember 2016

Ranisa dan Setya


Selama perjalanan pulang Ranisa dan Setya hanya diem-dieman. Ranisa sebenarnya agak risih diem aja. Karena dulu saat jalan dengan Setya naik motor atau mobil dia selalu cerita. Cerita apa saja, yang penting ada pembicaraan. Tapi Setya seperti membentuk tembok, ranisa mau ajak bicara juga ga enak.

Motor Setya memasuki gerbang perumahan. Satpam membuka portal dan mereka masuk, “rumah kamu yang mana Ran?”

“Lurus, belok kanan. Yang gerbangnya warna krem.” Setya mengikuti jalan yang ditunjuk Ranisa,  setelah melihat gerbang berwarna krem dia berhenti. “di sini?”

“iyaa.” Ranisa turun dan hendak membuka jaket.

“udah ga usah pegang aja dulu. Kamu fotocopy di mana? Nanti biar aku yang ambilin.”

“aku fotocopy sendiri di dalem.”

“sebanyak itu kamu fotocopy sendiri?”

“Iya. Emang kenapa?”

“gapapa, mau aku bantuin?”

“waaaah, boleh bangettt. Makasih ketua kelas! Makasih juga udah anterin aku sampe rumah. Oiya, Rumah kamu sebelah mana Set?”

“Masih 3 gang lagi dari sini”

“hooooo, lumayan”

“nanti mau fotocopy jam berapa?”

“sebentar lagi paling.”

“yaudah aku bantuin dari sekarang aja.”

“Boleh banget! Sebentar ya aku buka gerbang dulu” ranisa mengeluarkan kuncinya dan membuka gembok gerbang. Lalu dia membuka gerbang agar motor Setya bisa masuk. “Tolong tutup lagi ya gerbangnya, Set. Gausah digembok.” Ranisa membuka kunci rumah, lalu masuk ke dalam, “masuk aja, Set. Maaf sepi.”

“di rumah ga ada orang? Kok luar dalem dikunci?” tanya Setya bingung. Karena rumahnya kalau pagi sampai semua orang mau tidur ga pernah dikunci. Gerbang hanya ditutup biasa dan pintu rumah pun ga dikunci. Ibunya selalu ada di rumah.

“ada kok. Ada kamu, ada aku. Kita kan orang.” Jawab Ranisa sambil tersenyum.

Berarti emang ga ada orang, selama ini dia di rumah ini Cuma sendirian. Kasian juga ya. Setya menyimpulkan sendiri pemikirannya. “fotocopyannya di mana Ran?” dia tidak mau terlibat lebih jauh, jadi dia mengalihkan pembicaraan.

“ada di atas. Ayo ikut aja.”

“kamu ga takut bawa cowok ke rumah lagi sendirian?”

“Takut kenapa?” Ranisa bingung dengan pertanyaan Setya.

“Yaudahlah ayo ke atas aja..”

Rania jalan duluan ke atas, dan langsung ke ruang komputer di mana fotocopyannya berada. Dia mengajari Setya cara menggunakannya. “udah ngerti kan Set?”

“iya udah.” Jawab Setya sambil tetap mengerjakan

“aku ke kamar dulu ya mau ganti baju sekalian siapin makanan.”

Setya terdiam, ini anak sengaja atau emang polos ya? Dia ga takut gua apa-apain gitu? Setya membatin. “okee tinggalin aja dulu.”

“Setya mau minum apa?”

“terserah.”

“Sip.”

Ranisa menuju kamarnya. Menaruh tasnya dan mengambil hpnya. Dia bilang ke ayahnya kalau ada teman cowoknya yang datang untuk membantunya fotocopy. Dia tidak menunggu balasan ayahnya, hpnya langsung dia letakkan di meja belajar. Dia membuka lemari, mengambil baju terusan yang panjangnya sampai betis. Setelah itu dia ke bawah menuju dapur. Menyiapkan minuman dan makanan ringan untuknya dan Setya. Setelah itu dia kembali ke atas ke ruang komputer.

“Set, udah sampai mana?” Ranisa meletakkan nampan makan dan minuman. “itu diminum dulu aja. Maaf ya aku Cuma bikin sirup, kalau mau air putih ada kok itu galonnya.”

“Iya Ran makasih....” dia melihat Ranisa memakai baju rumahnya. Ranisa cantik pakai baju rumahan seperti ini, apalagi rambutnya digerai panjang. Biasanya dia diikat atau dikepang, kalau ke kampus pasti dia selalu modis, pikir Setya. Setya jadi gugup, di rumah berduaan doang dengan gadis polos kaya Ranisa. Selesaikan secepatnya abis itu langsung pulang! Ga boleh terlalu lama sama Ranisa di sini.

“Sini aku bantuin apa?” tawar Ranisa.

“kamu fotocopyin aja, biar aku yang streples.” Setya berdiri dari kursinya di dekat meja fotocopyan. Dia mengambil minumyang diletakkan dekat pintu.

“Minumnya duduk ya Set.”Ranisa menasehati karena Setya duduk sambil berdiri.

“Uhuk uhukk...” Setya keselak, rania langsung berdiri dan mengelus punggung Setya. Gerakan refleks kalau ada yang tersedak.

“Setya ga apa-apa?” tanya Ranisa setelah Setya ga batuk lagi, dia lalu mengambil air putih. “Ini air putih, minum dulu.” Setya mengambil minum tersebut dan menenggaknya sampai habis.

“Enggak apa-apa kok. Sori ya Ran.” Jawab Setya.

“makanya kalau minum duduk. Kan jadinya keselek tadi”

Setya hanya mengganguk, padahal dia keselek karena tadi mau ketawa Ranisa menasehatinya seperti menasehati anak kecil. Mungkin dia kualat sama Ranisa. Ranisa kembali lagi ke kursinya. Menggu mesin fotocopyan dan memberikan kertasnya ke Setya.

“Setya kamu udah kabarin orangtua kamu?”

“Udah kok.”

Ranisa mengangguk. Mereka kembali lagi fokus ke pekerjaan masing-masing. Ranisa sebenernya mau ajak dia ngomong. Tapi bingung mau ngomong apa.

Jam 7an pekerjaan mereka selesai semua. Sudah rapi tinggal besok dibawa.

“Set makan dulu ya sebentar, aku bikinin sphageti.” Nada Ranisa bukan seperti orang nawarin, tapi seperti memerintah. Setya tidak bisa menolak. Entahlah, dia rasa kasihan saja kalau menolak Ranisa. “Kamu suka kan?”

“Suka kok, rasa apa aja juga suka.”

“yaudah duduk dulu aja. Cuma sebentar kok. Ini aku ada stok spageti instan.” Ranisa sibuk memasak. 10menit kemudian spageti mereka jadi.

“Ini Set, dimakan yaa.” Rania meletakkan piring spagheti di depan Setya dan di depannya. Mereka berdua makan bersama. Setelah makan Setya pamit pulang.

“makasih ya Ran makanannya.”

“makasih juga ya ketua kelas bantuannya.” Ranisa tersenyum senang. Mungkin karena hari ini dia ada teman di rumah, jadi dia tidak sendirian. “Oiya jaket kamu masih di kamar akku, sebentar aku ambil dulu.”

“Ga usah Ran, besok aja kamu pake. Sekalian pake helm ya. Punya kan?”

“Iya punya kok.”

“Yaudah aku pamit ya. Besok aku dateng jam 7 kamu udah siap ya.”


“Oke ketuaa. Hati-hati di jalan.” Jawab Ranisa dengan bahagia.


Ranisa dan Setya -bersambung-
Day 26
#30DWC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar