Selama perjalanan
pulang Ranisa dan Setya hanya diem-dieman. Ranisa sebenarnya agak risih diem
aja. Karena dulu saat jalan dengan Setya naik motor atau mobil dia selalu
cerita. Cerita apa saja, yang penting ada pembicaraan. Tapi Setya seperti
membentuk tembok, ranisa mau ajak bicara juga ga enak.
Motor Setya memasuki
gerbang perumahan. Satpam membuka portal dan mereka masuk, “rumah kamu yang
mana Ran?”
“Lurus, belok kanan. Yang
gerbangnya warna krem.” Setya mengikuti jalan yang ditunjuk Ranisa, setelah melihat gerbang berwarna krem dia
berhenti. “di sini?”
“iyaa.” Ranisa turun
dan hendak membuka jaket.
“udah ga usah pegang
aja dulu. Kamu fotocopy di mana? Nanti biar aku yang ambilin.”
“aku fotocopy sendiri
di dalem.”
“sebanyak itu kamu
fotocopy sendiri?”
“Iya. Emang kenapa?”
“gapapa, mau aku
bantuin?”
“waaaah, boleh
bangettt. Makasih ketua kelas! Makasih juga udah anterin aku sampe rumah. Oiya,
Rumah kamu sebelah mana Set?”
“Masih 3 gang lagi dari
sini”
“hooooo, lumayan”
“nanti mau fotocopy jam
berapa?”
“sebentar lagi paling.”
“yaudah aku bantuin
dari sekarang aja.”
“Boleh banget! Sebentar
ya aku buka gerbang dulu” ranisa mengeluarkan kuncinya dan membuka gembok
gerbang. Lalu dia membuka gerbang agar motor Setya bisa masuk. “Tolong tutup
lagi ya gerbangnya, Set. Gausah digembok.” Ranisa membuka kunci rumah, lalu
masuk ke dalam, “masuk aja, Set. Maaf sepi.”
“di rumah ga ada orang?
Kok luar dalem dikunci?” tanya Setya bingung. Karena rumahnya kalau pagi sampai
semua orang mau tidur ga pernah dikunci. Gerbang hanya ditutup biasa dan pintu
rumah pun ga dikunci. Ibunya selalu ada di rumah.
“ada kok. Ada kamu, ada
aku. Kita kan orang.” Jawab Ranisa sambil tersenyum.
Berarti
emang ga ada orang, selama ini dia di rumah ini Cuma sendirian. Kasian juga ya.
Setya menyimpulkan sendiri pemikirannya. “fotocopyannya di mana Ran?” dia tidak
mau terlibat lebih jauh, jadi dia mengalihkan pembicaraan.
“ada di atas. Ayo ikut
aja.”
“kamu ga takut bawa
cowok ke rumah lagi sendirian?”
“Takut kenapa?” Ranisa
bingung dengan pertanyaan Setya.
“Yaudahlah ayo ke atas
aja..”
Rania jalan duluan ke
atas, dan langsung ke ruang komputer di mana fotocopyannya berada. Dia mengajari
Setya cara menggunakannya. “udah ngerti kan Set?”
“iya udah.” Jawab Setya
sambil tetap mengerjakan
“aku ke kamar dulu ya
mau ganti baju sekalian siapin makanan.”
Setya terdiam, ini anak sengaja atau emang polos ya? Dia ga
takut gua apa-apain gitu? Setya membatin. “okee tinggalin aja dulu.”
“Setya mau minum apa?”
“terserah.”
“Sip.”
Ranisa menuju kamarnya.
Menaruh tasnya dan mengambil hpnya. Dia bilang ke ayahnya kalau ada teman
cowoknya yang datang untuk membantunya fotocopy. Dia tidak menunggu balasan
ayahnya, hpnya langsung dia letakkan di meja belajar. Dia membuka lemari,
mengambil baju terusan yang panjangnya sampai betis. Setelah itu dia ke bawah
menuju dapur. Menyiapkan minuman dan makanan ringan untuknya dan Setya. Setelah
itu dia kembali ke atas ke ruang komputer.
“Set, udah sampai mana?”
Ranisa meletakkan nampan makan dan minuman. “itu diminum dulu aja. Maaf ya aku Cuma
bikin sirup, kalau mau air putih ada kok itu galonnya.”
“Iya Ran makasih....”
dia melihat Ranisa memakai baju rumahnya. Ranisa cantik pakai baju rumahan
seperti ini, apalagi rambutnya digerai panjang. Biasanya dia diikat atau
dikepang, kalau ke kampus pasti dia selalu modis, pikir Setya. Setya jadi
gugup, di rumah berduaan doang dengan gadis polos kaya Ranisa. Selesaikan secepatnya
abis itu langsung pulang! Ga boleh terlalu lama sama Ranisa di sini.
“Sini aku bantuin apa?”
tawar Ranisa.
“kamu fotocopyin aja,
biar aku yang streples.” Setya berdiri dari kursinya di dekat meja fotocopyan. Dia
mengambil minumyang diletakkan dekat pintu.
“Minumnya duduk ya Set.”Ranisa
menasehati karena Setya duduk sambil berdiri.
“Uhuk uhukk...” Setya
keselak, rania langsung berdiri dan mengelus punggung Setya. Gerakan refleks
kalau ada yang tersedak.
“Setya ga apa-apa?”
tanya Ranisa setelah Setya ga batuk lagi, dia lalu mengambil air putih. “Ini air
putih, minum dulu.” Setya mengambil minum tersebut dan menenggaknya sampai
habis.
“Enggak apa-apa kok.
Sori ya Ran.” Jawab Setya.
“makanya kalau minum
duduk. Kan jadinya keselek tadi”
Setya hanya mengganguk,
padahal dia keselek karena tadi mau ketawa Ranisa menasehatinya seperti
menasehati anak kecil. Mungkin dia kualat sama Ranisa. Ranisa kembali lagi ke
kursinya. Menggu mesin fotocopyan dan memberikan kertasnya ke Setya.
“Setya kamu udah
kabarin orangtua kamu?”
“Udah kok.”
Ranisa mengangguk. Mereka
kembali lagi fokus ke pekerjaan masing-masing. Ranisa sebenernya mau ajak dia
ngomong. Tapi bingung mau ngomong apa.
Jam 7an pekerjaan
mereka selesai semua. Sudah rapi tinggal besok dibawa.
“Set makan dulu ya
sebentar, aku bikinin sphageti.” Nada Ranisa bukan seperti orang nawarin, tapi
seperti memerintah. Setya tidak bisa menolak. Entahlah, dia rasa kasihan saja
kalau menolak Ranisa. “Kamu suka kan?”
“Suka kok, rasa apa aja
juga suka.”
“yaudah duduk dulu aja.
Cuma sebentar kok. Ini aku ada stok spageti instan.” Ranisa sibuk memasak.
10menit kemudian spageti mereka jadi.
“Ini Set, dimakan yaa.”
Rania meletakkan piring spagheti di depan Setya dan di depannya. Mereka berdua
makan bersama. Setelah makan Setya pamit pulang.
“makasih ya Ran
makanannya.”
“makasih juga ya ketua
kelas bantuannya.” Ranisa tersenyum senang. Mungkin karena hari ini dia ada
teman di rumah, jadi dia tidak sendirian. “Oiya jaket kamu masih di kamar akku,
sebentar aku ambil dulu.”
“Ga usah Ran, besok aja
kamu pake. Sekalian pake helm ya. Punya kan?”
“Iya punya kok.”
“Yaudah aku pamit ya. Besok
aku dateng jam 7 kamu udah siap ya.”
“Oke ketuaa. Hati-hati
di jalan.” Jawab Ranisa dengan bahagia.
Ranisa dan Setya -bersambung-
Day 26
#30DWC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar