“Ranisaaa, ini tolong
fotokopiin yaaa. Maaf ya nambahin.” Ivana memberikan materi kuliah Matematika
dasar, dihitung ada 12 lembar, udah bolak balik lagi. 12x42, udah lebih dari 1
rim, belum lagi materi kuliah yang lain yang tadi dikasih sama pj-pj yang lain.
“Ini buat kapan Van?”
tanya Ranisa setelah menghitung jumlah kertasnya.
“Jumat aja, Ran. Kan
ada tugas buat minggu depannya”
“Jumat? Berarti besok
dong?” kata Ranisa dengan ekspresi kaget. Masa semua fotokopian harus diabawa
besok, pikirnya.
“iyaah, kenapa? Kok lo
kaget gitu?”
“engga papa kok. Yaudah
besok gue bawa yaa.”
“makasih ya Raniis.”
“sipsip” dia sekarang
mikir, gimana besok dia bawa semua fotokopian ya? Ada tiga rim lebih kalau
semuanya digabung.
Kelas hari ini sudah
selsesai sampai jam 3. Saat dia mau keluar gerbang kampus. Dia melihat Setya. Oiya ya Setya kayanya rumahnya deket aku
deh! Kok aku bisa lupa. Minta tolong aja coba bareng dia.
“SETYAAAA, TUNGUUUU”
Ranisa berteriak, memang setya jaraknya agak jauh dengannya. Yang dipanggil
diam ditempat dan menengok ke belakang. Ranisa langsung menghampiri Setya.
“Kenapa, Ran?” tanya
Setya setelah Ranisa menghampirinya.
“Wait, aku tarik nafas
dulu.” Ranisa membungkukkan badannya karena dia habis berlari. Setelah nafasnya
mulai teratur dia kembali berdiri. “Rumah kamu dimana Set?”
“Di Perumahan Sumur
Batu.”
“SERIUS????”
“iya, emang kenapa?
Sambil jalan aja ya ke gerbang”
“Untunglah sama, aku
pernah lihat kamu juga satu tj sama aku, tapi kayanya kamu waktu itu kamu ga
liat aku ya?” akhirnya mereka ngobrol sambil jalan.
“Pas hari pertama
kuliah itu? Akuu liat kamu kok di depan. Tapi abis kamu duduk aku ga liat lagi.
Eh, maksudnya gua” karena Ranisa bicara pakai aku-kamu, Setya jadi ga sengaja
ikutan kebawa gaya bicara Ranisa.
“Dasar, nanya kek apa
kek. Datar banget dah.”
“Yaudah terus lo mau
ngepain nanya-nanya dimana rumah gua.?”
“Bantuin aku dong Set.
Besok bawa fotokopian banyak. Berat banget. Aku ga sanggup deh kalau bawa
sendirian.” Pinta Ranisa dengan muka memelas.
“Emang Rumah lo
dimana?”
“Perumahan Sumur batu
juga kok! Aku kan juga pernah lihat kamu naik motor pas mau berangkat ke
kampus. Tapi aku ga tau rumah kamu yang mana”
“Oh deket. Yaudah mau
sekalian pulang bareng?”
“Boleh banget! Naik tj
atau kamu bawa motor?”
“Aku bawa motor.”
“Tapi aku kan ga ada
helm.”
“ga usah pake helm”
“kalo ada polisi
gimana? Nanti kamu ditilang lagi?”
“Engga ada polisi kok?”
“Bener?”
“Iya. Yaudah lo mau
bareng ga? Udah sampe motor gua nih?”
“Oiya aku ga nyadar.
Cepet banget kamu jalannya, aku jadi ikutan cepet deh.”
“nih pake jaket gua
aja.” Setya mengambil jaketnya di jok motor, dan memberikannya ke Ranisa.
“makasih Setyaaa.”
Ranisa mengambil jaket tersebut dan memakainya.
Setya lalu mengeluarkan
motornya. Setelah dinyalakan, Ranisa naik. “Nih pegang karcis sama ktm gua”
kata Setya sambil menyerahkan karcis dan ktmnya. Ranisa lalu mengambil abrang
tersebut. Dia melihat foto Setya di ktm ini
orang ga ada ekspresinya apa ya, difoto aja mukanya datar. Batin Ranisa.
“Set, sekali-kali
senyum napa. Mukanya datar gitu. Gilesan baju aja bergerigi.”
“apa hubungannya muka
sama gilesan baju?” tanya Setya sambil menjalankan motornya.
“Gilesan baju masih ada
ekspresinya. Muka kamu engga. Di foto aja muka datar.”
“Dasar ga nyambung. Ga
ada hubungannya sama sekali.” Setya tersenyum tipis, Ranisa melihatnya dari
kaca spion.
“Nah senyum gitu dong.
Kan tambah ganteng.” Ranisa mengucungi jempol ke arah depan biar terlihat
Setya. Setya yang menyadari spion kirinya mengarah ke Ranisa langsung
membetulkannya ke sampai dapat view yang pas.
“Yah kok diubah, kan
jadi ga keliatan mukanya Setya.”
“Kasih karcisnya
buruan.”
“Ini mas karcisnya.”
Ranisa memberikan karcis dat KTM Setya. Mahasiswa di sini parkir motor tidak
bayar bila menunjukkan KTM atau kartu perpustakaannya. Setelah mengecek,
penjaga parkir memberikan kembali KTMnya. “makasih ya mas,” ucap Ranisa.
Penjaga parkir hanya membalas dengan senyum. Lalu Setya menjalankan motornya.
“Setya aku masukin tas
kamu yang didepan ya KTMnya.” Yang ditanya diam saja, jadi Ranisa lanjut
memasukan KTM Setya ke tasnya.
Ranisa dan Setya -Bersambung-
Day 25
#30DWC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar