Setelah acara “nonton
dan jalan-jalan” Ranisa dan Setya, mereka masih berhubungan lewat chat. Seminggu
sekali juga mereka pergi bersama. Untuk mengisi waktu luang dari pada sepi di
rumah, alesannya Ranisa. Setya pun mau-mau aja diajak pergi, dia merasa sulit
buat nolak ajakannya Ranisa. Tapi tetap saja walau pun mereka sering jalan
bareng. Mereka tetep ga balikan. Prinsipnya Setya masih sama, agar Ranisa
menemukan orang yang lebih baik dari pada dia.
Sekarang Ranisa dan
Setya sudah mulai kuliah. Minggu-minggu awal kuliah mereka diospek di kampus
masing-masing, banyak sekali tugas yang diberikan sehingga mengurangi waktu
bertemu mereka. Tetapi mereka tak masalah, masih bisa chat atau sesekali
telponan.
Minggu pertama kuliah
efektif berjalan, jam pertama dosen tidak masuk. Jadi mereka menggunakan jam
tersebut untuk perkenalan diri. Satu per satu teman-temannya memperkenalkan
diri, ada yang semangat, ada yang datar, ada yang ngelawak, samapi ada yang
namanya....
“Perkenalkan nama saya
Setya Nugraha Saputra, bisa dipanggil Setya dari SMAN 200 Jakarta.” Ranisa
kaget ada yang namanya Setya. Tenang Ran,
nama Setya kan pasaran, jadi wajar aja ada yang namanya sama. Lagi pula itu Cuma
nama panggilan kok yang sama. Batin Ranisa. Dia mencoba menenangkan dirinya
sendiri karena dia jadi teringat Setya miliknya, yang dulu miliknya.
Ranisa memandangi Setya
samapi dia duduk kembali di kursinya, ternyata dia duduk di belakang Ranisa.
“Oy Ran, maju sana
perkenalan.” Colek Ivana yang duduk di sebelahnya Ranisa. Mereka sudah sempat
berkenalan sebelum kelas dimulai.
“Oh udah aku ya?”
ranisa tersadar dari lamunannya. Ivana mengangguk. Ranisa bangkit dari kursinya
dan memperkenalkan diri.
“Saya Ranisa Putri
Salsabila, panggil aja Ranisa. Saya dari SMA Nusa Bangsa.” Ranisa mengakhiri
perkenalannya dengan tersenyum. Dia kembali menuju kursinya, dan tanpa sengaja
dia terus memandangi Setya yang duduk persis dibelakangnya, tiba-tiba dia... “aduh”
“Eh Ranisa gapapa?”
ucap Saskia, dia membantu Ranisa berdiri.
“Iya gapapa kok, maaf
ya aku jadi nyenggol kursi kamu, Sas.”
“makanya jangan bengong
mulu, Ran. Kan jadi jatoh.” Kata ivana sambil tersenyum. Dia menolong Ranisa
berdiri setelah itu dia maju ke depan, karena giliran dia maju memperkenalkan
diri.
“Iyaa iyaa maaf yaaa.” Ucap
Ranisa menyesal. Dia langsung menuju kursinya. Duduk dengan muka merah saking
malunya.
Setelah perkenalan
selesai mereka memilih ketua kelas, karena laki-laki di kelas hanya tujuh
orang, ke tujuh-tuhuhnya maju sebagai calon. Setelah melalui voting, ketua yang
terpilih adalah Setya. Lalu ada pemilihan bendahara kelas. Karena Setya yang
menjadi ketua, entah kenapa Ranisa otomatis mengajukan diri untuk menjadi
bendahara.
“Ada yang mau lagi ga
jadi bendaharan selain Ranisa? Biar divoting sekalian.” Ujar Setya. Setelah ditunggu
dua menit tidak ada yang mengajukan diri.
“Udah Set Ranisa aja
gapapa bendaharanya.” Ujar Linda
“yaudah bendahara
Ranisa ya. Uang kas perbulan 5ribu aja. Nanti gua tanyain di angkatan ada iuran
juga ga.” Tiba-tiba Ranisa sadar, aduh
kok gue ngajuin diri sih, kan jadi bendahara ribet. Ah yaudahlah jalanin aja
dulu.
“Okee, nanti aku bikin
bukunya. Jangan lupa bawa uang ya besoook.” Teriak Ranisa dari kursinya.
Setelah pemilihan
bendahara dan ketua kelas mereka mengadakan pemilihan penanggung jawab setiap
mata kuliah. Lalu mereka sibuk mencari nomer dosen untuk dihubungi. Ada sebagian
yang menulis nama di buku absen tiap mata kuliah. Sisanya bercanda atau bermain
hp.
Karena Ranisa bukan
penanggung jawab kelas, dia Cuma bengong. Memikirkan Setya. Dia kaget ternyata
di sini juga ada Setya. Mungkin karena dia sudah selesai dengan Setya tapi
masih menginginkan Setya, dan ketika ada Setya yang baru dia jadi kepikiran. Dia
juga bingung dengan perasaannya. Dia hanya jadi deg-degan ketika dekat dengan
Setya. Untunglah Setya sekarang sedang ngobrol di belakang dengan anak-anak
cowok yang lain.
Setelah jam pertama
usai, ternyata dosen yang jam kedua pun belum bisa mengisi kelas. Akhirnya mereka
pulang. Ranisa naik Transjakarta tujuannya setelah menunggu 10 menit. Padahal ini sudah jam 10, tapi kok masih
rame ya nih tj. Batin Ranisa. Dua pintu yang terbuka, tapi dia masuk lewat
pintu tengah. Karena dia merasa lebih aman kalau duduk di bagian khusus wanita.
Kalo jalan ama Setya sih gapapa berdiri
dimana aja.
Dia berdiri sambil
memegang pegangan dari tiang. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, jadi dia cepat
pegal kalau memegang pegangan di atas. Tubuhnya menghadap belakang bis. Dia kesulitan
bergerak, jadi dia pasrah saja posisi seperti itu. Tiba-tiba dia melihat di bis
belakang. Itu kan Setya, dia naik tj jurusan
ini juga?ah mau panggil, tapi ga enak teriak-teriak di bis. Terus kalau dia ga
lihat, kan makin malu. Yaudah deh diemin aja.
Akhirnya dia tidak jadi
menyapa Setya. Beberapa halte di depan dia dapat duduk, jadi dia sudah tidak
dapat melihat Setya lagi. Saat dia akan turun dia sudah tidak melihat Setya. Ah mungkin Setya udah turun duluan. Setelah
turun dari bisa, dia tidak langsung keluar halte. Dia duduk sebentar untuk mengecek
hpnya, sekalian mengabari ayahnya kalau dia sudah sampai halte. Kata ayahnya
kalau ada apa-apa jadi ayah tau.
Tiba-tiba dia kepikiran
lagi, tadi Setya turun dimana ya?
Ranisa dan Setya -bersambung-
Day 23
#30DWC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar