Ayahku tidak seperti
ayah biasanya, yang melindungi anak perempuannya. Dia tidak pernah ada, disaat
aku butuh bantuannya.
Disaat yang lain bagi rapor bersama ayahnya, aku tidak, aku sendirian, mengamati mereka. Membayangkan bagaimana jika aku menjadi mereka. Pasti rasanya menyenangkan punya orang tua di sisimu. Punya ayah.
Rasanya sakit, setiap kali guru memanggil dan ditanya "ayah kamu ga dateng ambil rapor?"
Ditanya setiap saat,
setiap pembagian rapor. Tapi hal ini tidak membuatku terbiasa. Hal ini tetap
membuat aku sakit. Aku berusaha untuk tetap tegak. Walau pun aku mau
ayahku di sisiku.
Aku ingat, dulu,
betapa bahagianya aku ketika ayah datang. Selalu ku sediakan minum dan makanan.
Aku yang masih polos, masih tidak mengerti kenapa ayah harus “di sana”. Aku hanya
tahu satu hal. Aku sayang ayah.
Semakin lama aku
semakin mengerti. Ayah punya “yang lain” yang juga dia sayang. Tapi aku tak
masalah. Karena yang terpenting, ayah juga sayang aku kan? Itu yang selalu
dikatakan Ibu.
Aku tidak marah saat
ternyata aku punya “saudara yang lain”. Aku bahagia punya banyak saudara. Aku bahagia
punya adik yang umurnya hanya berbeda lima bulan denganku. Selama ini aku ingin
punya saudara kembar! Tapi aku sedih, aku hanya pernah melihat dia sekali. Ayah
tidak pernah membawa dia ke sini lagi. Harapanku punya saudara kembar gagal
deh.
Ayah juga pernah
mengenalkan aku ke “Mama”. Mama cantik, kulitnya putih, rambutnya keriting. Mama
sedang mengandung adikku kata ayah. Aku senang, ternyata aku punya dua ibu,
yaitu ibu dan mama. Aku juga ternyata punya banyak adik. Padahal aku baru masuk
TK besar saat itu. Adik-adikku lucu, bahkan ada yang namanya mengambil dari
namaku!
Setelah hari di saat
ayah mengenalkanku dengan Mama dan adik-adik, ayah tidak pernah pulang lagi. Aku kangen ayah. Mungkin dede di perut mama lagi keluar kali ya sehingga ayah
menjaga mama dan adik-adik lainnya.
Ibu bilang ayah hanya
pergi, tapi pasti kembali, apakah dede di perut mama begitu membuat mama sakit
sehingga ayah tidak pulang?
Aku tak mengerti kenapa setiap malam ibu harus
keluar mendatangi rumah ke ruumah sambil membawa barang-barang dan buku
catatannya. Tapi aku sangat suka menemani ibu pergi. Agar ibu ga sendirian
lagi. Ibu bilang ibu pergi kerja. Untuk membantu ayah membayar sekolah
kakak-kakakku. Ibuku sangat baik ya! Ayah harusnya bangga punya ibuku.
Saat aku semakin
besar, aku tahu. Ternyata ayah tidak terlalu menyanyangi aku, menyayangi kami.
Ayah tidak pernah pulang lagi. Ayah tidak pernah mengirimi ibu uang, ayah tidak
pernah mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku, ayah tidak ada di hari pertama
aku sekolah, ayah ternyata tidak pernah ada.
Dulu, mereka bilang ayah selingkuh saat Ibu hamil
aku, itulah kenapa ibu jari sebelah kiriku bercabang. Aku ga ngerti apa itu
selingkuh saat itu. Tapi sekarang aku sudah mengerti. Ayah tenyata memilih mama
dibandingkan ibu. Ayah ternyata bertemu mama saat hampir memiliki aku.
Aku pernah bertanya kepada ibu, “ibu, jempol aku ada
dua karena bapak selingkuh ya?” tapi ibu tidak pernah bilang iya. Ibu malah
menyangkalnya, “kamu tau selingkuh dari mana? Maafin ibu ya, kamu jadi begini
karena ibu. Dulu pas hamil kamu, ada murid ibu yang ganteeeng banget, tapi dia
punya jempol kaya kamu, keluarganya kaya, tapi ibu suka mikirin, kenapa dia ga
operasi aja tangannya biar jempolnya cuma satu. Karena ibu suka mikirin, jadi
deh kena anak ibu yang waktu itu lagi di perut”
Saat itu aku ga terlalu ngerti apa kata ibu, tapi
sekarang aku tahu. Ibu ga mau aku menyalahkan ayah. Ibu mau aku belajar, untuk
tidak menyalahkan sesuatu jika ada masalah. Ibuku hebat.
Aku kangen ayah
Aku ga pernah anggap ayah jahat. Walau pun mereka
selalu bilang ayah yang menyebabkan aku cacat.
Tapi aku ga pernah merasa aku cacat. Kelebihan jari yang aku dapatkan aku
anggap suatu kelebihan. Banyak yang bilang kalau ini merupakan rezeki. Aku bersyukur
masih banyak yang mendoakan aku.
Aku kangen ayah
Walau ayah udah jarang pulang dan ngebiarin ibu
sendirian. Tapi aku masih mau peluk ayah. Ayah gapapa tinggal di sana sama mama
sama adik-adik. Tapi ayah sekali-sekali mampir ke sini. Kapan-kapan ambil
raporku yah. Biar guru-guru ga ada yang nanyain aku lagi. Mereka bilang nilaiku
bagus loh yah!
Ayah kapan-kapan pulang ya. Terus kita foto bareng-bareng. Bareng Ibu, Teteh, aku,
sama ade. Biar kalo kangen ayah aku tinggal lihat foto itu. Biar aku juga bisa
tunjukin ke temen-temen, aku punya keluarga yang utuh. Foto itu juga bakal aku
pajang di kamar, di notes aku, di mana-mana. Biar aku ga kangen lagi sama ayah.
Yah, Aku kangen ayah.
Day 4
#30DWC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar