Selasa, 06 Desember 2016

Ayahku Berbeda

Ayahku tidak seperti ayah biasanya, yang melindungi anak perempuannya. Dia tidak pernah ada, disaat aku butuh bantuannya.

Disaat yang lain bagi rapor bersama ayahnya, aku tidak, aku sendirian, mengamati mereka. Membayangkan bagaimana jika aku menjadi mereka. Pasti rasanya menyenangkan punya orang tua di sisimu. Punya ayah. 

Rasanya sakit, setiap kali guru memanggil dan ditanya "ayah kamu ga dateng ambil rapor?" 

Ditanya setiap saat, setiap pembagian rapor. Tapi hal ini tidak membuatku terbiasa. Hal ini tetap membuat aku sakit. Aku berusaha untuk tetap tegak. Walau pun aku mau ayahku di sisiku.

Aku ingat, dulu, betapa bahagianya aku ketika ayah datang. Selalu ku sediakan minum dan makanan. Aku yang masih polos, masih tidak mengerti kenapa ayah harus “di sana”. Aku hanya tahu satu hal. Aku sayang ayah.

Semakin lama aku semakin mengerti. Ayah punya “yang lain” yang juga dia sayang. Tapi aku tak masalah. Karena yang terpenting, ayah juga sayang aku kan? Itu yang selalu dikatakan Ibu.

Aku tidak marah saat ternyata aku punya “saudara yang lain”. Aku bahagia punya banyak saudara. Aku bahagia punya adik yang umurnya hanya berbeda lima bulan denganku. Selama ini aku ingin punya saudara kembar! Tapi aku sedih, aku hanya pernah melihat dia sekali. Ayah tidak pernah membawa dia ke sini lagi. Harapanku punya saudara kembar gagal deh.

Ayah juga pernah mengenalkan aku ke “Mama”. Mama cantik, kulitnya putih, rambutnya keriting. Mama sedang mengandung adikku kata ayah. Aku senang, ternyata aku punya dua ibu, yaitu ibu dan mama. Aku juga ternyata punya banyak adik. Padahal aku baru masuk TK besar saat itu. Adik-adikku lucu, bahkan ada yang namanya mengambil dari namaku!

Setelah hari di saat ayah mengenalkanku dengan Mama dan adik-adik, ayah tidak pernah pulang lagi. Aku kangen ayah. Mungkin dede di perut mama lagi keluar kali ya sehingga ayah menjaga mama dan adik-adik lainnya.

Ibu bilang ayah hanya pergi, tapi pasti kembali, apakah dede di perut mama begitu membuat mama sakit sehingga ayah tidak pulang?

 Aku tak mengerti kenapa setiap malam ibu harus keluar mendatangi rumah ke ruumah sambil membawa barang-barang dan buku catatannya. Tapi aku sangat suka menemani ibu pergi. Agar ibu ga sendirian lagi. Ibu bilang ibu pergi kerja. Untuk membantu ayah membayar sekolah kakak-kakakku. Ibuku sangat baik ya! Ayah harusnya bangga punya ibuku.

Saat aku semakin besar, aku tahu. Ternyata ayah tidak terlalu menyanyangi aku, menyayangi kami. Ayah tidak pernah pulang lagi. Ayah tidak pernah mengirimi ibu uang, ayah tidak pernah mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku, ayah tidak ada di hari pertama aku sekolah, ayah ternyata tidak pernah ada.

Dulu, mereka bilang ayah selingkuh saat Ibu hamil aku, itulah kenapa ibu jari sebelah kiriku bercabang. Aku ga ngerti apa itu selingkuh saat itu. Tapi sekarang aku sudah mengerti. Ayah tenyata memilih mama dibandingkan ibu. Ayah ternyata bertemu mama saat hampir memiliki aku.

Aku pernah bertanya kepada ibu, “ibu, jempol aku ada dua karena bapak selingkuh ya?” tapi ibu tidak pernah bilang iya. Ibu malah menyangkalnya, “kamu tau selingkuh dari mana? Maafin ibu ya, kamu jadi begini karena ibu. Dulu pas hamil kamu, ada murid ibu yang ganteeeng banget, tapi dia punya jempol kaya kamu, keluarganya kaya, tapi ibu suka mikirin, kenapa dia ga operasi aja tangannya biar jempolnya cuma satu. Karena ibu suka mikirin, jadi deh kena anak ibu yang waktu itu lagi di perut”

Saat itu aku ga terlalu ngerti apa kata ibu, tapi sekarang aku tahu. Ibu ga mau aku menyalahkan ayah. Ibu mau aku belajar, untuk tidak menyalahkan sesuatu jika ada masalah. Ibuku hebat.

Aku kangen ayah

Aku ga pernah anggap ayah jahat. Walau pun mereka selalu bilang ayah yang menyebabkan aku cacat. Tapi aku ga pernah merasa aku cacat. Kelebihan jari yang aku dapatkan aku anggap suatu kelebihan. Banyak yang bilang kalau ini merupakan rezeki. Aku bersyukur masih banyak yang mendoakan aku.

Aku kangen ayah

Walau ayah udah jarang pulang dan ngebiarin ibu sendirian. Tapi aku masih mau peluk ayah. Ayah gapapa tinggal di sana sama mama sama adik-adik. Tapi ayah sekali-sekali mampir ke sini. Kapan-kapan ambil raporku yah. Biar guru-guru ga ada yang nanyain aku lagi. Mereka bilang nilaiku bagus loh yah!

Ayah kapan-kapan pulang ya. Terus kita  foto bareng-bareng. Bareng Ibu, Teteh, aku, sama ade. Biar kalo kangen ayah aku tinggal lihat foto itu. Biar aku juga bisa tunjukin ke temen-temen, aku punya keluarga yang utuh. Foto itu juga bakal aku pajang di kamar, di notes aku, di mana-mana. Biar aku ga kangen lagi sama ayah.

Yah, Aku kangen ayah.

Day 4
#30DWC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar